BOGOR, DISWAY.ID - Pernah heran kenapa teman kamu bisa makan sambal super pedas tanpa masalah, sementara kamu baru coba sedikit cabai rawit langsung perut mulas?
Ternyata, jawabannya bukan cuma soal kebiasaan, tapi juga faktor genetik dan biologis!
Ahli Gizi dari IPB University, Dr Karina Rahmadia Ekawidyani, membongkar fakta menarik di balik perbedaan toleransi setiap orang terhadap makanan pedas.
Dalam siaran pers resmi IPB University, ia menjelaskan bahwa reaksi tubuh terhadap pedas bukan cuma soal selera, tapi melibatkan reseptor rasa sakit di tubuh kita.
BACA JUGA:Donor Darah Rutin Bisa Cegah Serangan Jantung dan Bikin Awet Muda, Ini Kata Ahli RSUI
Kenapa Pedas Itu Bisa Terasa “Sakit”?
Rasa pedas sebenarnya bukan rasa dalam arti harfiah seperti manis atau asin.
Itu adalah respon tubuh terhadap zat bernama capsaicin, senyawa aktif utama dalam cabai.
Capsaicin bekerja dengan menstimulasi reseptor saraf yang disebut TRPV1, yang tugasnya mengirim sinyal panas atau nyeri ke otak.
Nah, di sinilah perbedaan dimulai.
“Setiap individu memiliki tingkat toleransi reseptor yang berbeda-beda. Bahkan ada orang yang secara genetik tidak memiliki reseptor ini, sehingga tidak bisa merasakan pedas sama sekali,” jelas Dr Karina.
BACA JUGA:Kenapa Cuma Kamu yang Digigit Nyamuk? Ini Penjelasan Ilmiahnya dari Pakar IPB!
Bisa Latihan Biar Tahan Pedas?
Ternyata bisa! Selain faktor genetik, toleransi terhadap makanan pedas juga bisa dilatih.
Orang yang terbiasa mengonsumsi makanan pedas secara bertahap akan mengalami desensitisasi—yaitu berkurangnya respons reseptor TRPV1 terhadap capsaicin.
Selain itu, faktor psikologis juga berpengaruh.
"Kalau seseorang sudah yakin duluan bahwa makanan itu akan terlalu pedas, tubuhnya bisa langsung bereaksi lebih sensitif,” ujar dosen dari Departemen Gizi Masyarakat IPB University itu.