Fast Fashion: Murah Sekarang, Mahal untuk Bumi

Fast Fashion: Murah Sekarang, Mahal untuk Bumi

ilustrasi fast fashion.-dok. istimewa-

BOGOR.DISWAY.ID - Fast fashion sudah menjadi bagian dari kehidupan modern. Model baru keluar hampir setiap minggu, harga terjangkau, dan pilihan begitu banyak. Rasanya menyenangkan bisa membeli pakaian trendy tanpa menguras dompet. Namun di balik kemudahan itu, ada konsekuensi besar yang sering luput dari perhatian—mulai dari kerusakan lingkungan, eksploitasi tenaga kerja, hingga budaya konsumsi yang tidak sehat.

Tren fast fashion bukan sekadar perubahan dalam industri pakaian, tapi fenomena yang mengubah cara kita membeli, memakai, dan membuang pakaian. Semakin cepat tren bergerak, semakin cepat pula bumi menanggung bebannya.

1. Limbah Tekstil yang Tidak Terkendali

Setiap tahun, jutaan ton pakaian dibuang karena cepat rusak atau tidak lagi mengikuti tren. Banyak dari pakaian fast fashion terbuat dari bahan sintetis yang sulit terurai seperti polyester dan nylon, sehingga menumpuk di TPA selama puluhan hingga ratusan tahun.

Efeknya

Gunungan sampah tekstil terus meningkat.

Tanah dan air tercemar zat pewarna dan mikroplastik.

Lingkungan semakin sulit pulih karena bahan pakaian tidak mudah terurai.

2. Konsumsi Air yang Sangat Tinggi

Industri fashion adalah salah satu konsumen air terbesar di dunia. Untuk membuat satu kaos katun saja, bisa dibutuhkan ribuan liter air. Jika dikalikan dengan produksi massal yang dilakukan brand fast fashion, jumlahnya menjadi sangat besar.

Dampaknya:

Krisis air di beberapa daerah penghasil kapas.

Air sungai dan danau tercemar limbah pabrik tekstil.

Ekosistem air terganggu akibat bahan kimia berbahaya.

Sumber: