Hidup Seimbang: Keluar dari Lingkaran Toxic Productivity
ilustrasi toxic productivity.-dok. istimewa-
BOGOR.DISWAY.ID - Di era serba cepat dan penuh tuntutan, produktivitas sering dianggap sebagai ukuran keberhasilan. Namun tanpa disadari, banyak orang terjebak dalam toxic productivity—kondisi ketika seseorang merasa harus terus bekerja, terus menghasilkan sesuatu, dan merasa bersalah saat beristirahat. Alih-alih membuat hidup lebih maju, kondisi ini justru menguras energi, mengganggu kesehatan mental, dan membuat kualitas hidup menurun.
Toxic productivity biasanya muncul karena tekanan sosial, budaya hustle, atau standar diri yang terlalu tinggi. Rasanya kalau tidak melakukan apa-apa, berarti kita malas atau ketinggalan. Padahal, tubuh dan pikiran butuh jeda agar tetap berfungsi optimal. Bekerja tanpa henti hanya akan menimbulkan stres, burnout, sulit tidur, hingga penurunan fokus.
Untuk melepaskan diri dari pola ini, langkah pertama adalah menyadari bahwa produktivitas bukan sekadar “melakukan banyak hal”, tapi melakukan hal yang tepat dengan cara yang seimbang. Penting untuk memberi ruang istirahat, menetapkan batas waktu kerja, serta mengelola ekspektasi diri. Menyusun to-do list yang realistis, menerapkan work-life balance, dan memberi apresiasi pada diri sendiri juga sangat membantu.
Ingat, hidup bukan perlombaan. Kamu tetap berharga meski tidak produktif setiap saat. Istirahat adalah bagian dari proses, bukan tanda kelemahan. Dengan ritme hidup yang lebih seimbang, kamu bisa tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan mental.
Sumber: