BOGOR.DISWAY.ID - Kebijakan pemerintah yang menghentikan impor pakaian bekas atau thrifting menimbulkan gelombang keluhan dari para pedagang, terutama mereka yang mengandalkan pasar tradisional sebagai sumber penghasilan. Meski aturan ini dibuat untuk melindungi industri tekstil nasional, pedagang kecil justru menghadapi penurunan pendapatan yang cukup drastis.
Di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Nurhayati (45) kini terpaksa beralih menjual kaus lokal. Setelah larangan thrifting diberlakukan, omzetnya merosot lebih dari 60 persen.
“Dulu bisa dapat Rp5–7 juta. Sekarang Rp2 juta saja sudah Alhamdulillah,” keluhnya.
Menurut para pedagang, produk lokal sulit bersaing karena dua faktor utama: kualitas yang dianggap kalah dari barang impor bekas, serta harga jual yang lebih tinggi akibat biaya produksi. Pembeli yang terbiasa mendapatkan barang bermerek murah dari thrifting kini menahan minat belanja.
Sementara itu, tren thrifting di masyarakat justru semakin meningkat di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil. Banyak pembeli, seperti Yunita Andini (25), menilai barang thrifting masih berkualitas dan harganya jauh lebih terjangkau. Bahkan penjualan thrift online di Instagram tetap ramai meski ada penertiban di marketplace besar.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melalui Kementerian UMKM dan Kemendag tengah menyiapkan 1.300 merek lokal sebagai pengganti barang impor ilegal. Langkah ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pedagang yang kehilangan sumber dagangan.
Ketua Umum AGTI, Anne Patricia Sutanto, juga menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap barang impor ilegal agar industri tekstil lokal dapat bersaing secara adil. Ia memastikan tidak ada PHK di sektor tekstil, bahkan beberapa pabrik sedang menambah kapasitas produksi.
Namun di lapangan, pedagang seperti Nurhayati berharap pemerintah tidak hanya membuat larangan, tetapi juga memberikan akses produk lokal yang lebih terjangkau dan berkualitas.
“Jangan sampai kami pedagang kecil yang jadi korban kebijakan,” tegasnya.
Baca versi lengkapnya diliputan khusus Bisik Disway - Pelarangan Thrifting Picu Krisis: Konsumen Tetap Ramai, Pedagang Kecil Gulung Tikar