BOGOR.DISWAY.ID - Ini bukan sekadar urusan pipa dan tangki. Ini tentang napas berat para operator SPBU swasta—Shell, BP AKR, hingga Vivo—yang kini harus bertahan di tengah cengkeraman kebijakan baru. Saat keran impor BBM dialihkan lewat satu pintu, pasar mendadak membeku.
Swasta diuji. Antara bertahan menjual kopi di minimarket atau menyerah meninggalkan bisnis BBM. Di tengah gejolak ini, satu pemain tampak makin mendominasi: Pertamina.
BBM Langka, SPBU Swasta Kian Terhimpit
Bisik-bisik di kalangan pengusaha hilir migas kini tak bisa lagi ditutupi. Kelangkaan BBM di SPBU swasta bukan kabar burung — ini nyata. Banyak dispenser di SPBU Vivo terantai besi, menjadi simbol dari pasokan yang tersendat usai kebijakan E10 dan pengetatan impor diberlakukan.
Penyebab utamanya? Skema baru: impor satu pintu.
Data menunjukkan, sekitar 77% impor bensin Indonesia berasal dari luar negeri. Namun kini, akses impor yang dulunya terbuka untuk swasta mulai dibatasi atau diarahkan hanya lewat satu jalur. Siapa yang diuntungkan, dan siapa yang gigit jari?
Dampak Langsung: Gaji Turun, Bonus Hilang
Para pekerja SPBU swasta merasakan dampaknya langsung. Lucky, karyawan SPBU Shell di Depok, mengaku penghasilannya turun drastis sejak pasokan BBM tersendat.
“Untuk gaji, sangat berpengaruh. Jauh beda dibanding sebelum langka,” ujarnya kepada Disway (14 Oktober 2025).
Di sisi lain, konsumen juga kehilangan pilihan. Nailul Huda, Ekonom dari Center of Economics and Law Studies (Celios), menilai pasar migas nasional kini terlalu bergantung pada satu entitas besar.
“Tata kelola migas kita dikuasai Pertamina dari hulu ke hilir. Ketika pasokan swasta kosong, konsumen kehilangan alternatif,” ungkapnya.
Pertamina Tawarkan Skema Baru: Swasta Jadi Pembeli ‘Base Fuel’
Di tengah keterbatasan pasokan, Pertamina menawarkan solusi — sekaligus memperkuat posisinya. Lewat skema pembelian base fuel, Pertamina membuka peluang bagi badan usaha swasta untuk membeli bahan bakar murni dari mereka.
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyebut langkah ini sebagai bentuk transparansi dan kolaborasi.
“Kami membuka peluang kerja sama komersial agar semua badan usaha dapat bersaing sehat tanpa mengganggu stabilitas harga,” ujarnya.