Bukan Sekadar Mistis, Kemenyan Indonesia Diincar Jadi Parfum Premium Dunia

Bukan Sekadar Mistis, Kemenyan Indonesia Diincar Jadi Parfum Premium Dunia

Selama ini, kemenyan sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan spiritual.--Britannica

BACA JUGA:Mahasiswa 5 Benua Sambangi IPB, Fokus Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia

Meski prospeknya menjanjikan, jalan menuju kejayaan parfum tropis berbasis kemenyan tak semudah membalikkan telapak tangan.

Salah satu tantangan besar adalah konflik lahan.

Di wilayah Lingkar Toba, Sumatera Utara—salah satu sentra kemenyan—petani lokal sudah sejak lama kehilangan hutan adatnya akibat ekspansi industri pulp dan kertas.

“Sejak 1990-an, pohon-pohon kemenyan digantikan oleh tanaman eucalyptus. Akibatnya, petani kehilangan sumber penghasilan utama,” ujar Prof Triadiati.

Ditambah lagi, stigma mistis terhadap kemenyan, minimnya regenerasi petani muda, dan harga pasar yang fluktuatif membuat sektor ini kurang menarik secara ekonomi.

Menurut Prof Triadiati, solusinya hanya satu: hilirisasi.

“Kita harus dorong industri dalam negeri untuk memproduksi parfum atau produk turunan lainnya dari kemenyan. Jangan hanya kirim getah mentah ke luar negeri,” tegasnya.

Upaya ini pun mulai terlihat. Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bahkan sudah memamerkan prototipe parfum berbasis kemenyan Indonesia di Jerman. Namun, menurut Prof Triadiati, strategi hilirisasi tak bisa jalan sendiri.

Butuh sinergi antara petani, koperasi, industri kecil, perguruan tinggi, dan tentu saja dukungan penuh dari pemerintah.

“Harus ada insentif pajak, bantuan peralatan, dan pelatihan teknologi seperti distilasi, fraksinasi resin, hingga formulasi parfum,” ujarnya.

BACA JUGA:Mahasiswa 5 Benua Sambangi IPB, Fokus Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia

Dari Mistis ke Global

Transformasi kemenyan dari bahan baku upacara tradisional menjadi ikon parfum tropis dunia adalah mimpi yang realistis.

Apalagi, Indonesia saat ini tercatat sebagai eksportir utama benzoin gum dunia, dengan nilai ekspor mencapai USD 52 juta di tahun 2024.

“Kalau kita serius, kemenyan Indonesia bisa sejajar dengan oud dari Timur Tengah. Bedanya, ini punya sentuhan tropis khas Nusantara,” pungkas Prof Triadiati.

Sumber: