Raja Ampat Terancam! Guru Besar IPB Bongkar Bahaya Tambang untuk Ikan Kerapu

Raja Ampat Terancam! Guru Besar IPB Bongkar Bahaya Tambang untuk Ikan Kerapu

Aktivitas pertambangan di wilayah pesisir Raja Ampat dinilai berpotensi merusak ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan ikan kerapu-diswaybogor.id-

BOGOR, DISWAY.ID - Aktivitas pertambangan di wilayah pesisir Raja Ampat dinilai berpotensi merusak ekosistem laut dan mengancam keberlangsungan ikan kerapu—komoditas perikanan unggulan Indonesia.

Peringatan ini disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Ekologi Pesisir dan Laut IPB University, Prof. Dietriech Geoffrey Bengen, dalam keterangan resminya pada 1 Juli 2025.

“Raja Ampat bukan hanya destinasi wisata. Ini pusat produksi ikan kerapu nasional dan internasional,” ujar Prof Dietriech.

"Kalau ekosistemnya rusak karena tambang, maka produksi dan keberlanjutan perikanan ikut terancam.”

BACA JUGA:Peneliti IPB Ungkap Fakta Mengkhawatirkan soal Anggrek Biru Raja Ampat, Satu-satunya di Dunia!

Ikan Kerapu: Andalan Ekspor yang Rentan

Raja Ampat memiliki posisi strategis dalam peta produksi ikan kerapu karena kekayaan biodiversitas lautnya. Sejak 2005, wilayah ini aktif dalam perdagangan ikan kerapu hidup.

Mayoritas produksinya berasal dari tangkapan alam, lalu dikirim ke kota-kota besar seperti Makassar dan Kendari, sebelum diekspor ke Hongkong dan Tiongkok.

Pemerintah sendiri sudah mendorong pengembangan budi daya dan penyebaran benih kerapu secara masif untuk memperkuat ketahanan pangan.

Tapi ancaman dari tambang mengintai di balik geliat ekonomi biru tersebut.

Menurut Prof Dietriech, dampak langsung dari aktivitas tambang pesisir bisa sangat menghancurkan.

Salah satu yang paling terlihat adalah tingginya tingkat sedimentasi dan kekeruhan air akibat erosi tanah tambang.

BACA JUGA:10 Penginapan Murah di Raja Ampat yang Nyaman untuk Backpacker

“Sedimen ini bisa menutup terumbu karang dan padang lamun—dua habitat penting untuk ikan kerapu bertelur dan berlindung,” jelasnya.

Tak hanya itu, tambang juga membawa limbah logam berat seperti nikel, merkuri, dan arsen.

Sumber: