Sejarah Jalan Surya Kencana Surga Kuliner Bogor, Laksa Gang Aut Jadi Ikon yang Tak Tergantikan

Surya Kencana bukan sekadar jalan biasa—ia adalah lorong waktu yang menyatukan rasa, sejarah, dan identitas.--Perpustakaan Digital Budaya Indonesia.
BOGOR, DISWAY.ID - Kalau kamu pernah jalan-jalan ke Bogor tapi belum menjejakkan kaki di Jalan Surya Kencana, artinya kamu melewatkan jantung kuliner dan sejarah kota hujan ini.
Di sinilah laksa paling legendaris Bogor bisa kamu temukan, cungkring yang langka masih dijajakan, dan jejak budaya Tionghoa-Sunda berpadu erat dalam satu kawasan yang hidup sejak era kolonial seperti dikutip dari laman resmi Perpustakaan Digital Budaya Indonesia.
Ya, Surya Kencana bukan sekadar jalan biasa—ia adalah lorong waktu yang menyatukan rasa, sejarah, dan identitas.
BACA JUGA:Geger, Warga Pondok Aren Temukan Jasad Bayi di Tumpukan Sampah
Laksa Gang Aut: Ikon Kelezatan yang Tak Tergantikan
Di tengah deretan toko tua dan kedai-kedai kecil, nama Laksa Gang Aut menyeruak sebagai magnet utama. Laksa ini bukan hanya terkenal di kalangan warga lokal, tapi juga jadi tujuan wisatawan luar kota.
Kuah santan yang gurih, berpadu oncom dan rempah, menjadikannya laksa terenak di Bogor versi banyak food enthusiast.
Tapi Surya Kencana tak berhenti di situ. Ada cungkring, semacam satai kikil khas Bogor yang makin langka, soto mie, asinan Bogor, wedang ronde, sampai jajanan khas Tionghoa yang hanya bisa ditemukan di sini saat Imlek tiba.
Pecinan yang Tumbuh dari Jalan Raya Pos Daendels
Tahukah kamu, Jalan Surya Kencana dulunya bagian dari Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) buatan Gubernur Jenderal Daendels tahun 1808?
Proyek ambisius ini membentang dari Anyer sampai Panarukan, dan di Bogor, bagian jalurnya berubah menjadi pusat perdagangan penting.
Tahun 1905, nama kawasan ini dikenal sebagai Handelstraat atau “Jalan Perniagaan”, sekaligus ditetapkan sebagai pemukiman khusus warga Tionghoa akibat kebijakan Wijkenstelsel pemerintah kolonial.
Karena dilarang memiliki tanah di pedesaan, etnis Tionghoa pun menghidupi diri lewat perdagangan, dan menjadikan kawasan ini sebagai sentra ekonomi dan budaya mereka.
Jangan lewatkan kunjungan ke Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio)—tempat ibadah tertua di Bogor yang berdiri di kawasan ini sejak abad ke-18. Saat lilin menyala dan dupa mengepul, kamu bisa merasakan ketenangan yang kontras dengan riuhnya jalanan di luar.
Sumber: