Jurus Kemendikdasmen Hadapi Kritik, Ternyata Masih Ada Siswa SMP Belum Bisa Membaca

Jurus Kemendikdasmen Hadapi Kritik, Ternyata Masih Ada Siswa SMP Belum Bisa Membaca

Mendikdasmen Abdul Mu'ti--Kemendikdasmen

JAKARTA, DISWAY.ID - Fenomena siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum bisa membaca ternyata bukan isapan jempol.

Video-video yang viral di media sosial dan laporan dari lapangan menunjukkan bahwa masih ada pelajar di tingkat SMP—bahkan SMA—yang kesulitan membaca dan berhitung.

Kondisi ini pun jadi perhatian serius Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Dalam rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah, kementerian kini menghadirkan Asesmen Literasi dan Numerasi yang dirancang khusus untuk memetakan kemampuan dasar murid sejak hari pertama sekolah.

BACA JUGA:Rapor Pendidikan 2025 Resmi Diluncurkan, Indikator Penilaian Orangtua atas Kemajuan Anaknya di Sekolah

Asesmen Tanpa Nilai, Tapi Penuh Makna

Berbeda dengan ujian biasa, asesmen ini tidak memberikan nilai atau peringkat.

Tujuannya bukan untuk menentukan siapa pintar dan siapa tidak, melainkan untuk memberi gambaran kepada guru tentang sejauh mana kemampuan membaca dan berhitung para murid baru.

"Tujuan asesmen ini bukan untuk menentukan kelulusan, tapi sebagai peta awal bagi guru," jelas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, dalam peluncuran MPLS Ramah bersama penerima beasiswa ADEM di Jakarta 11 Juli 2025.

Menurutnya, langkah ini diambil karena adanya kritik dan temuan nyata soal siswa SMP atau SMA yang belum bisa membaca dan berhitung.

Situasi ini menimbulkan tantangan besar bagi para guru yang harus mengajar murid dengan kemampuan dasar yang berbeda-beda.

BACA JUGA:Hari Pertama Sekolah, Mendikdasmen Imbau Orangtua Antar Anak Menuju Momen MPLS 2025

Kegiatan asesmen literasi dan numerasi ini diberikan kepada murid baru di jenjang SMP dan SMA/SMK selama MPLS tahun ajaran 2025/2026.

Nantinya, hasil asesmen akan digunakan oleh guru sebagai bahan untuk menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

“Harapannya, asesmen ini bisa bantu guru memahami kemampuan awal murid baru, agar pembelajaran jadi lebih tepat sasaran,” terang Rusprita Putri Utami, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen dalam acara daring Sosialisasi MPLS Ramah. 

Dengan pemetaan ini, guru bisa segera mengetahui mana siswa yang butuh pendampingan tambahan, mana yang sudah siap melanjutkan ke materi yang lebih kompleks.

Sumber: