Kenapa Kita Bermimpi? Neurolog IPB Ungkap 4 Jenis Mimpi yang Dialami Manusia

Kenapa Kita Bermimpi? Neurolog IPB Ungkap 4 Jenis Mimpi yang Dialami Manusia

Ahli menjelaskan mengapa manusia bisa bermimpi. --Freepik

Berdasarkan hasil penelitian, lanjut dr Yeni, terdapat beberapa area otak yang berperan penting dalam pembentukan mimpi.

Salah satunya adalah nukleus laterodorsal (LTD nuclei) di medulla oblongata, yang berfungsi sebagai generator siklus REM serta memunculkan komponen visual dalam mimpi dan halusinasi.

“Inti dari LTD ini mendapatkan masukan dari amigdala (pusat emosi) dan hipokampus (pusat memori), yang menjelaskan mengapa mimpi terasa emosional dan membekas dalam ingatan,” jelasnya. 

Selain itu, penelitian dari University of Wisconsin-Madison mengidentifikasi area penting lain, yakni posterior cortical hot zone, yang menunjukkan aktivitas listrik tinggi ketika seseorang sedang bermimpi.

BACA JUGA:10 Tips Memilih Hewan Kurban Sehat dan Sesuai Syariat Islam, Jangan Sampai Salah Pilih!

Area ini diibaratkan seperti layar proyeksi film otak, yang menayangkan gabungan dari emosi, memori, dan keinginan manusia.

Tak hanya itu, prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi dalam berpikir logis, juga disebut turut aktif selama tidur.

"Semakin aktif bagian ini, semakin besar kemungkinan kita mengingat isi mimpi,” terang dr Yeni.

Ia menyimpulkan bahwa terdapat beberapa wilayah otak spesifik yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengalaman sadar seperti mimpi.

Hingga kini, masih banyak teori tentang fungsi mimpi dan tidur REM. 

“Ada yang berpendapat mimpi membantu otak menyimpan memori, ada pula yang menyebut mimpi berfungsi untuk melupakan hal-hal yang tidak penting atau sebagai bentuk reset otak,” jelasnya.

BACA JUGA:Aktivis Sahil Jha Singgah di Kota Bogor, Ajak Pemkot dan Masyarakat Jaga Kesehatan Tanah

Lebih lanjut, dr Yeni mengatakan bahwa ada teori yang lebih psikologis.

Misalnya, mimpi sebagai bentuk pemenuhan keinginan yang tidak tercapai di dunia nyata.

“Dalam mimpi, kita selalu hadir sebagai tokoh utama, dan selalu ada latar tempatnya. Itu seperti latihan terus-menerus bagi otak untuk merasa ‘aku ini ada’, ‘aku ini berbeda dari dunia sekitar’,” ucapnya.

Sumber: