Fakta di Balik Krisis BBM Shell, BP, dan Vivo: Siapa yang Diuntungkan?
Ilustrasi kondisi SPBU BBM swasta di tengah kelangkaan pasokan.-dok. Disway-
“Kami membuka peluang kerja sama komersial agar semua badan usaha dapat bersaing sehat tanpa mengganggu stabilitas harga,” ujarnya.
Namun di balik kata “kolaborasi”, muncul ironi. Karena skema ini sejatinya menjadikan swasta hanya sebagai offtaker produk Pertamina — bukan pemain bebas lagi di pasar migas.
E10 dan Kualitas BBM Jadi Batu Sandungan
Selain masalah impor, kebijakan etanol 10% (E10) juga memperburuk keadaan. SPBU BP-AKR bahkan menolak membeli BBM dari Pertamina karena komposisi etanol yang belum sesuai standar produk mereka.
“BBM kami saat ini belum mengandung etanol,” jelas Vanda Laura, Presiden Direktur BP-AKR.
Di lapangan, petugas SPBU seperti Fernando (Shell Pondok Cabe) dan Ubay (Vivo Sawangan) masih menunggu hasil uji laboratorium terkait kualitas BBM dan standar Euro 4.
Rantai di Dispenser: Simbol Kompetisi yang Terkunci
Kini, rantai besi yang menggembok dispenser di SPBU swasta bukan sekadar pengaman — tapi simbol dari mimpi kompetisi yang terhenti.
Dunia usaha migas yang sempat tumbuh dengan kompetisi sehat, kini perlahan dikunci oleh kebijakan satu arah. Sementara Pertamina, sang pemain lama, kian mengukuhkan dominasinya di setiap sisi rantai pasok energi negeri ini.
Baca versi lengkapnya diliputan khusus Bisik Disway - Pertamina, Swasta dan Base Fuel
Sumber: