Bioinformatika sistem adalah pendekatan mutakhir yang menggabungkan biologi sistem, komputasi, statistika, dan teknologi omik seperti genomik, proteomik, dan metabolomik.
Dengan algoritma machine learning dan deep learning, para peneliti bisa memetakan interaksi senyawa herbal dengan target biologis manusia secara detail dan personal.
BACA JUGA:Aktivis Sahil Jha Singgah di Kota Bogor, Ajak Pemkot dan Masyarakat Jaga Kesehatan Tanah
Untuk mendorong ini, Prof Wisnu telah merancang 6 strategi utama, di antaranya:
1. Merumuskan kerangka ilmiah multikomponen-multitarget
2. Membangun alur kerja in silico berbasis bioinformatika sistem
3. Mengembangkan algoritma seperti DGM, CCC, dan Skyline Query
4. Mendirikan iPrime: Integrative Platform for Research in Indonesian Herbal Medicine Ecosystem
5. Meningkatkan SDM peneliti bioinformatika herbal
6. Menjalin kolaborasi riset dengan institusi nasional
iPrime akan menjadi pusat data dan analisis herbal Indonesia, menghubungkan riset laboratorium dengan potensi industri berbasis kekayaan hayati.
Masih banyak tantangan ke depan, mulai dari keterbatasan data bioaktif tanaman, minimnya uji klinis, hingga kurangnya keterlibatan industri. Tapi Prof Wisnu optimistis.
“IPB bisa jadi pusat integrasi ilmu dan teknologi dalam pengembangan obat herbal presisi,” ujarnya.
Jika strategi ini berhasil, maka Indonesia bukan cuma dikenal sebagai negeri jamu, tapi juga sebagai pionir pengobatan presisi berbasis kekayaan alam—yang aman, ilmiah, dan sesuai dengan profil genetik masyarakat Indonesia.